Zat Kimia di Otak Sebabkan Homoseksual?
                                          
                                         
 BEIJING  - Tidak ada yang mengetahui pasti apa yang mendorong preferensi seksual  seseorang. Namun, berdasarkan ujicoba beberapa ilmuwan asal China  baru-baru ini, zat serotonin di otak bisa jadi mendorong seseorang  menjadi homoseksual.
Serotonin diketahui mampu mempengaruhi  perilaku seksual seperti ereksi, ejakulasi dan orgasme pada tikus maupun  manusia. Senyawa ini biasanya akan mengurangi aktivitas seksual  seseorang. Sebagai contoh, antidepresan yang meningkatkan zat serotonin  dalam otak terkadang mengurangi hasrat seksual.
Percobaan yang  dilakukan ahli saraf Yi Rao dari Peking University dan National  Institute of Biological Sciences di Beijing beserta timnya menunjukkan,  serotonin ternyata juga mempengaruhi keputusan pria untuk ‘menggoda’  wanita atau pria lain. Demikian dilaporkan Yahoo News, Senin (28/3/2011).
Rao  dan timnya melakukan percobaan dengan mengurangi neuron penghasil  serotonin ataupun protein penting yang bisa menghasilkan serotonin dalam  otak. Tidak seperti tikus jantan lainnya, tikus yang kekurangan  serotonin tidak memiliki hasrat seksual terhadap tikus betina.
Sebaliknya,  tikus itu lebih tertarik dengan tikus jantan lainnya serta menyanyikan  lagu cinta ultrasonik lebih sering dari biasanya. Biasanya, tikus jantan  menyanyikan lagu ini untuk menggoda tikus betina agar melakukan  hubungan seksual dengan mereka.
Ketika tim ilmuwan menginjeksi  zat netralisir kepada tikus-tikus yang kekurangan serotonin itu, mereka  menemukan, tikus-tikus itu kembali memiliki hasrat seksual terhadap  tikus betina. Meski demikian, kadar serotonin berlebihan justru  mengurangi aktivitas seksual tikus, baik terhadap jantan maupun betina.  Ini menunjukkan, serotonin dalam otak harus dijaga dalam kadar tertentu  untuk memastikan seseorang berlaku layaknya heteroseksual.
Menyikapi  hasil penemuan ini, seorang ilmuwan dari Florida State University  Elaine Hull mengklaim, studi ini bisa jadi berpengaruh terhadap perilaku  homoseksual atau biseksual manusia.
Namun, sebelum mengambil  kesimpulan bahwa serotonin merupakan faktor perilaku homoseksual, Hull  memperingatkan, ilmuwan masih memerlukan lebih banyak informasi untuk  mengetahui persis area otak yang terlibat serta potensi pengembangan  serotonin di area tersebut.
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar