Memahami Fungsi SDM dan Organisasi Bisnis
Tujuan fungsi sumberdaya manusia (SDM)  adalah untuk meningkatkan produktivitas (achievement performance) dalam  menunjang perusahaan lebih kompetitif. Dalam hubungan ini, pengukuran  produktivitas hanya dibatasi secara sempit pada peran sumberdaya  manusia, yang secara bisnis disebut sebagai pekerja (work force)
[1].  Dengan kata lain produktivitas pada fungsi SDM tidak memperhitungkan  faktor lainnya, seperti cost, quality, flexibility dan delivery.
Work force ini dibedakan ke dalam dua  kelompok: pekerja produksi (blue-collar worker) dan pekerja non-produksi  (white-collar professional). Dalam dunia bisnis, proporsi penggunaan  dua jenis pekerja tersebut dapat berbeda. Bisnis manufaktur atau  production umumnya proporsinya blue>white; sedangkan untuk jasa,  seperti perbankan, pendidikan umumnya proporsinya blue<white.  Sementara itu, bisnis yang semakin computerized proporsi white lebih  banyak dari blue. Manager umumnya dimasukkan sebagai white-collar  professional.
Ukuran produktivitas dapat diturunkan dari persamaan-persamaan berikut:
FIRM:
Profit           = f (Revenue; Cost)
Revenue      = f (Output; Price)
Output         = f (Input)
                   = f (Labor; Material; Equipment; Capital invested)
SDM:
           Produktivitas    = Output/Input
                                 = Profit/Cost
                                 = Revenue/Cost
                                 = Profit/Input; Revenue/Input
                                 = Output/Labor
                                 = Revenue/Labor
                                 = Sales/Labor
                                 = Output/(Labor; Material; Equipment; Capital invested)
                                 = dst
Jadi ukuran produktivitas bervariasi, dimana penggunaannya tergantung tujuan dan konteks pengukurannya. Dalam Tabel-1,  diperlihatkan dua versi ukuran produktivitas (sales/biaya  variabel—misalnya penggunaan labor). Di satu pihak, sales meningkat  tetapi dengan penggunaan labor yang lebih banyak dan profit hanya  meningkat menjadi 13 (naik 30 persen dari profit semula sebesar 10). Di  pihak lain, dengan penjualan yang tetap, tetapi terjadi penghematan  biaya labor atau pengurangan labor dari 70 menjadi 63, maka profit  menjadi 17 (profit naik sebesar 70 persen dari 10 menjadi 17).
Dari dua versi di atas, yang sering  digunakan sebagai cara pengukuran produktivitas adalah penghematan  penggunaan labor atau upaya menaikkan efisiensi dan efektivitas  penggunaan (utilisasi) labor yang ada. Ini berarti, tujuan pengelolaan  SDM dapat dicapai dengan beberapa cara, yakni:
     -Jumlah labor yang tetap dan output yang dihasilkan meningkat
     -Jumlah labor yang menurun, tetapi output dapat dipertahankan
     -Peningkatan labor lebih kecil dibandingkan peningkatan output
| Tabel-1. Kontribusi produktivitas dalam bisnis | |||
| Sebelum(rupiah) | Sesudah(Sales meningkat 10 %) | Sesudah(Produktivitasmeningkat 10 %) | |
| Sales | 100 | 110 | 100 | 
| Biaya variable | 70 | 77 | 63 | 
| Biaya tetap | 20 | 20 | 20 | 
| Profit | 10 | 13 | 17 | 
| PerubahanProfit (%) | - | 30 | 70 | 
2. Worker vs Firm
Dalam memahami fungsi SDM perusahaan,  sesungguhnya perhatian tidak hanya tertuju pada tujuan para pekerja  tetapi juga tujuan dari perusahaan. Ini berarti, di satu pihak, fungsi  sumberdaya pekerja (SDM) yang dimiliki individu (secara efisien dan  efektif) harus dikaitkan dengan ekspektasi para pekerja yang dinilai  sebagai upah (salary) dan di pihak lain, tujuan perusahaan (Firm) untuk  mengoptimalkan profit yang diinginkan. Dengan kata lain dua tujuan  (worker vs firm) harus terjadi secara simultan, dimana:
       -Upah/salary     = pendapatan individu (worker)
       -Profit                   = pendapatan perusahan (firm)
Bagaimana membuat hubungan yang ideal  antara tujuan sumberdaya pekerja (individu) dalam pengelolaan SDM dengan  tujuan perusahaan (organisasi) secara bersamaan menjadi tugas pokok dan  fungsi SDM di dalam suatu perusahaan. Dengan demikian, tujuan fungsi  SDM dalam hal ini adalah bagaimana terjadinya produktivitas bagi setiap  individu di dalam perusahaan, agar nilai produktivitas ini memberikan  dampak langsung bagi peningkatan profit perusahaan. Mekanisme fungsi SDM  ini dapat diperhatikan pada Gambar-1.
Gambar-1. Tujuan fungsi SDM dan kendalanya
Dalam upaya mencapai tujuan  produktivitas tersebut, ada empat aspek utama yang perlu diperhatikan,  yaitu: proses pengadaan sumber daya pekerja (rekrutmen); penyiapan job description (job design); pengembangan kinerja pekerja (developement); dan monitoring dan evaluasi kinerja masing-masing pekerja (penilaian).  Masing-masing keempat aspek ini terdiri dari sejumlah komponen yang  satu sama lain tidak hanya saling terkait tetapi juga bersifiat  kontinuum (siklus).
3. Desain dan Manage SDM
Fungsi SDM pada dewasa ini semakin  diakui sebagai salah satu fungsi yang paling strategis. Hal ini  mengingat sumberdaya pekerja terdapat di masing-masing fungsi utama:  fungsi finance, fungsi operation dan fungsi marketing. Sumberdaya  pekerja ini memberi pengaruh langsung pada peningkatan profit melalui  peningkatan produktivitas. Oleh karenanya, peran sumberdaya pekerja  kerap dijadikan sebagai cara paling strategis untuk berkompetisi dengan  perusahaan lain. Namun demikian, pemilikan sumberdaya pekerja yang baik  (good human resources) bukanlah perkara mudah bagi perusahan. Selain  harganya mahal, sulit untuk menghasilkannnya (difficult to achieve),  juga sulit untuk mempertahankannya. Disinilah tantangan terbesar di  dalam pengelolaan suatu perusahaan ditambah lagi karena harus berurusan  dengan manusia atau orang perorang.
Oleh karenanya, tugas pokok fungsi SDM  haruslah ditujukan untuk memajukan kapasitas manusianya (to drive  people). Pengelolaan SDM yang lebih sesuai pada masa ini adalah dengan  pendekatan people-oriented approach daripada slavedriver approach.
Pendekatan people-oriented lebih  memanusiakan pekerja dalam potensi dan harkat berdasarkan tingkat  kecerdasan dan suasana perasaan mereka. Sedangkan pendekatan  slavedriver, para pengusaha menganggap para pekerja tersebut hanyalah  sebagai faktor produksi semata yang dapat disubstitusikan dengan mesin  atau teknologi.
Untuk memenuhi hakikat dan tujuan  pengelolaan SDM, mekanisme pengelolaannya haruslah dirancang (desain)  sedemikian rupa dan dikelola (manage) secara optimal. Cara pengoptimalan  yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efektivitas penggunaan  sumberdaya pekerja yang terbatas. Dalam hal ini upaya meningkatkan  efektivitas SDM dilakukan berdasarkan cara mengorganisasi orang-orang  sesuai martabat dan kemampuan masing-masing dalam posisi yang tepat yang  pada gilirannya memberikan sinergi, baik pada tujuan individu (worker)  maupun pada tujuan organisasi (firm).
Dengan demikian, patutlah dipahami bahwa  keempat aspek pokok yang disebutkan sebelumnya (rekrutmen, job design,  developement dan penilaian) secara cermat dan sistemetis serta  terintegrasi. Dalam proses integrasi berbagai aspek tersebut, aspek  rekrutmen dan job design haruslah diletakkan sebagai kegiatan pada tahap  perancangan (design), sedangkan aspek developement dan penilaian  sebagai tahap implementasi (manage). Proses pengintegrasian aspek-aspek  yang pokok dan komponennya tersebut dapat dikonfigurasikan sebagaimana  diperlihatkan dalam Gambar-2.
Gambar-2. Siklus fungsi SDM: Desain dan manage
Pada tahap desain (rekrutmen dan job  design) para pekerja dipersiapkan sedemikian rupa berdasarkan kemampuan  mereka masing-masing (supply side) sesuai dengan job description untuk  memenuhi tujuan perusahaan (demand side). Sedangkan pada tahap  implementasi (developement dan penilaian), para pekerja didorong untuk  berkembang pada sistem karir yang berlandaskan sistem konpensasi yang  adil. Terhadap mereka dilakukan penilaian secara periodik untuk  memastikan kemampuan mereka sesuai yang diharapkan. Jika terjadi  peningkatan mereka berhak untuk promosi secara vertikal dan jika stagnan  perlu dilakukan proses pemindahan secara horizontal (mutasi atau  pensiun) untuk penyesuaian dan penyegaran.
Sementara itu, di dalam proses rekrutmen  yang meliputi seleksi dan penempatan pada akhirnya haruslah dapat  dievaluasi (penilaian) apakah perform dalam memberikan produktivitas  bagi perusahaan. Sebaliknya ketika dilakukan penilaian maka kita bisa  melakukan proses pemindahan terhadap mereka yang tidak produktif dan  promosi bagi yang produktif. Namun jika tidak ada yang memenuhi tujuan  perusahaan maka proses rekrutmen/seleksi dapat dilakukan kembali untuk  mendapatkan pekerja yang lebih sesuai dalam memenuhi kebutuhan  perusahaan. Ini berarti, rekrutmen (desain) dan penilaian (manage)  menjadi isu yang paling strategis bagi perusahaan (firm oriented).  Sedangkan aspek-aspek job design dan developement lebih ditekankan pada  sisi pekerjanya (worker orientation).
Rekrutmen (seleksi dan penempatan): Proses  rekrutmen bertujuan untuk mendapatkan pekerja yang dibutuhkan  perusahaan. Calon pekerja diseleksi dengan metode yang sesuai seperti  uji kompetensi (hard skill dan soft skill), psikotes dan simulasi. Calon  pekerja yang memenuhi kriteria diajukan untuk menempati posisi dan  jabatan yang tersedia.
Job design (job description dan training): Job  design berkenaan dengan penyusunan tugas-tugas bagi pekerja berdasarkan  5W+1H: tugas apa yang dilakukan, bagaimana tugas dikerjakan, seberapa  besar bobotnya, kapan dan dimana. Kumpulan diskripsi pekerjaaan (job  description) tersebut menjadi pedoman bagi pekerja untuk bekerja. Untuk  membantu pekerja perform terhadap kebutuhan yang terdapat dalam job  description tersebut para pekerja mendapat pelatihan singkat atau  intensif yang dapat dilakukan sekali, secara berkala atau secara  kontinu. Tapi harus disadari memberikan mereka training adalah cost.  Oleh karenanya tujuan rekrutmen haruslah ditujukan untuk mendapatkan  kandidat pekerja yang kapabel dan kalau bisa tanpa perlu melatihnya.
Developement (karir dan reward):  Para pekerja dituntut untuk mampu mengembangkan potensi dirinya dan  kemampuan untuk memuaskan tujuan perusahaan. Sementara itu perusahaan  mengarahkan para pekerja (sebagai aset) agar tumbuh dan berkembang  secara kondusif dan produktif. Pihak perusahaan memberikan kesempatan  bagi pekerja untuk meniti karir baik atas bimbingan senior maupun atas  inisiatif sendiri (job enlargement, job enrichment). Pekerja yang  menunjukkan produktivitas tinggi haruslah mendapatkan reward (pengakuan,  peningkatan gaji dsb) dan sebaliknya dengan memberi punishment terhadap  pekerja yang melanggar aturan perusahaan atau tidak sesuai dengan  tujuan perusahaan.
Penilaian (pemindahan dan promosi): Para  pekerja secara periodik mendapat penilaian apakah kinerja mereka sudah  sesuai dengan yang diharapkan. Pekerja yang menunjukkan kinerja yang  kurang memuaskan (kemampuan dan produktivitas) dapat dipindahkan  (mutasi) atau diberhentikan (pecat atau pensiun). Sementara yang pekerja  yang memiliki komitmen dan prestasinya meningkat pesat dapat  dipromosikan untuk melakukan tugas-tugas yang memiliki tanggungjawab  yang lebih besar. Jika kebutuhan perusahaan tidak terpenuhi dari  pekerja, maka lowongon dapat diisi dari proses rekrutmen kembali.
4. Struktur Organisasi Bisnis
Pada dasarnya organisasi bisnis adalah  sebuah struktur yang dapat dibedakan ke dalam dua struktur: organisasi  kerja (fungsi-fungsi) dan organisasi orang-orang yang melakukan tugasnya  pada fungsi yang ada. Kedua struktur ini pada prinsipnya semacam dua  sisi mata uang: sisi yang satu organisasi kerja (fungsi) dan sisi yang  lain organisasi orang-orang atau pekerja. Dengan kata lain organisasi  tidak akan berfungsi tanpa orang (people)
Pada perusahaan kecil, struktur  organisasi pekerja sangat sederhana: ada pimpinan dan dengan anak buah.  Oleh karena fungsi-fungsi belum berkembang, maka fungsi finance, fungsi  operasi dan fungsi marketing ditangani langsung oleh pimpinan perusahaan  dengan dibantu sejumlah karyawan. Jika fungsi-fungsi telah berkembang  maka fungsi-fungsi tersebut dapat didelegasikan oleh pimpinan ke tangan  satu manajer atau lebih sesuai dengan kebutuhannnya. Demikian  seterusnya, bahwa perusahaan membutuhkan manajer SDM, manajer public  relation, manager IT dan sebagainya. Mekanisme yang berlangsung dalam  hal ini adalah proses evolusi dimana fungsi bekerkembang yang diikuti  dengan pengembangan orang-orang (internal) atau mencari orang yang  berkompeten dari luar (eksternal) untuk menjalankannnya.
Sebaliknya suatu perusahaan baru yang  dibangun atas kebutuhan berdasarkan studi kelayakan yang komprehensif,  struktur dapat langsung disiapkan sedemikian rupa sehingga memenuhi  semua fungsi-fungsi yang direncanakan. Dalam hal ini, pemenuhan  kebutuhan orang-orang untuk mengisi posisi dan jabatan yang ada dapat  dilakukan melalui proses rekrutmen yang standar. Mekanisme yang  berlangsung dalam hal ini adalah proses revolusi dimana orang-orang yang  sesuai diseleksi untuk menduduki posisi dan jabatan yang tersedia.   
Dua asal usul organisasi bisnis di atas,  semakin formal bentuk perusahaan maka kebutuhan legalitas semakin  diperlukan. Perlunya legalitas tersebut umumnya dikaitkan dengan  pemilikan modal yang menyebabkan jenis perusahaan menurut legalitasnya  terdiri dari CV, Fa, PT dan koperasi. Selain jenis legalitas perusahaan  tersebut memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda terhadap negara,  namun didalamnya sesungguhnya melekat hal yang terkait dengan sumberdaya  pekerja yang dikaitkan dengan hak dan kewajiban yang diatur di dalam  peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
5. Kehadiran Organisasi Pekerja
Pada masa kini, di satu sisi para  pekerja tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi semata, tetapi  mereka menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan dan  kesinambungan perusahaan dalam berusaha. Dengan adanya legalitas  perusahaan (register) maka keleluasaan perusahaan terhadap pekerja  semakin dibatasi. Perusahaan tidak lagi menjadi sebuah wujud keinginan  pengusaha, tempat para pekerja untuk mendapatkan upah/salary, tetapi  juga menjadi aset nasional yang dipelihara oleh pemerintah untuk  mendukung pengembangan perekonomian: profit bagi pengusaha, upah bagi  pekerja dan pajak bagi negara.
Disinilah peran pengusaha/perusahaan  dalam  membangun morale dan mempertemukan kebutuhan para pekerja serta  mensinergikan dengan tujuan pemerintah. Namun demikian, perselisihan  antara pekerja dan pengusaha dapat membawa pengaruh negatif bagi semua  stakeholder (termasuk share holder). Oleh karena itu, antara pekerja dan  pengusaha haruslah menjadi mitra strategis bagi kedua belah pihak.  Keutamaan mitra strategis ini adalah untuk menaikkan kinerja  (produktivitas) lewat peran strategis para pekerja.
Bagi pemerintah sendiri, sebagai pihak  yang mewakili masyarakat (eksternal) mengharapkan bahwa hubungan  pengusaha-pekerja ini haruslah selalu dalam kondisi yang harmoni. Sebab,  perusahaan adalah mesin ekonomi dimana peranan pengusaha sangat  diharapkan memberikan nilai tambah perusahaan (profit) dan para pekerja  memberikan nilai tambah individu (upah: wage atau salary). Sebab kedua  sumber nilai tambah ini (secara bersama-sama dengan sewa (rent) dan  pendapatan atas bunga (interest) menjadi komponen-komponen penting  bagi  peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam bernegara.
Untuk menjaga hubungan harmonis yang  tidak terbantahkan di dalam dunia ekonomi tersebut berkembang konsep  hubungan industrial, yaitu: untuk mengatasi permasalahan eksploitasi  pengusaha terhadap pekerja. Konsep hubungan industrial ini meneyebabkan  fungsi sarikat pekerja di dalam perusahan menjadi solusi, terutama dalam  berbagai aspek yang terkait dengan para pekerja seperti K3, tuntutan  kesejahteraan dan lainnya.
     Pekerja produksi             : Kenaikan salary; THR; UMK/UMKS
     Pekerja non-produksi       : Kenaikan salary; THR; bonus 
Namun demikian, harus disadari bahwa  kehadiran sarikat pekerja haruslah dipandang sebagai mitra pengusaha di  dalam bentuk kolektif. Akan tetapi perselisihan antara pekerja dan  pengusaha tidak terhindarkan sehingga harus melibatkan unsur pemerintah.  Tuntutan para pekerja seperti quality of work life (fisik dan psikis)  sebenarnya dapat disinergikan dalam hubungan yang mutualisme antara  commitment (tujuan bersama) dan trust (adil).
Dalam hal ini  tanggungjawab perusahaan tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan  profit tetapi juga turut membantu pekerja agar perform dan menghidari  sifat simplistic dimana perusahaan tidak langsung menggati (replace)  jika para worker bekerja tidak memuaskan. Jalan lain adalah dengan  pendekatan komitmen terhadap perusahaan harus dibangun–jika pekerja  tidak produktif mereka tidak akan menerima upah atau peningkatan  salary.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar